Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kita curahkan kepada Allah
SWT, karena atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, manusia
istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya
adalah kebenaran, dan seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Kami merancang makalah ini dengan bentuk sesederhana mungkin untuk dapat di
mengerti oleh para pembaca makalah ini, dan dapat diserapi akan ilmu
pengetahuan yang tersirat di dalam makalah ini yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Hubungan Orang Tua dan Anak”.
Selama pembuatan dan penyusunan makalah ini, kami juga mendapat dukungan
penuh dan bantuan dari beberapa pihak :
1. Allah SWT yang tanpanya
kami tidak bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
2. Kedua Orang Tua kami
yang telah memberi dukungan dan izin serta doa yang telah mereka berikan
demi selesainya tugas kami.
3. Dosen kami, Bapak Normanshah Banowo selaku dosen Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan pengarahan dan waktu
demi mengembangkan kemampuan belajar kami.
Kami menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna dan butuh pengembangan lebih lanjut, kami mohon
maaf jika banyak kesalahan di dalam makalah kami ini.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………….……………......... i
DAFTAR ISI.……………………………………………………………………....…ii
BAB I
PENDAHULUAN…….……………………………………….……………….1
A. Latar belakang ….…………………………………………….………………..1
B. Rumusan masalah ....……………………………..………….………………….2
C. Tujuan …………....……………………………….…………………………...2
BAB II
PEMBAHASAN…..…………...………………….……………………....…..3
A. Pengertian Keluarga……...….......…………………...………………….......….3
B. Faktor Lingkungan
Keluarga…...…………...…………....……….....….............7
C. Tipe-Tipe
Keluarga......................………………………...………………....….9
BAB III PENUTUP……………………………………………………………......…19
Kesimpulan dan saran…………………………………………….…………...........….19
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………............20
BAB I
PENDAHULUAN
v Latar
Belakang
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan
sukarela dan cinta yang asasi antara dua subyek manusia (suami-istri).
Berdasarkan asas cinta kasih yang asasi ini lahirlah anak sebagai generasi
penerus.
Sebagai lembaga terkecil dalam
masyarkat, keluarga memegang peranan yang sangat luas dalam membina kehidupan
dan kepribadian sosial anak. Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa keluarga adalah
tahap pertama lembaga-lembaga penting sosial dan dalam tingkat yang sangat
tinggi; ia berkaitan erat dengan peradaban, transformasi warisan, dan
pertumbuhan serta perkembangan umat manusia. Secara keseluruhan, semua tradisi,
keyakinan sopan santun, sifat-sifat individu dan sosial, ditransfer lewat
keluarga kepada generasi-generasi berikutnya.
Dari latar belakang masalah tersebut dapat kita pahami bahwa, lingkungan
keluarga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian
anak. Oleh karena itu, penulis memilih judul, “PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA
TERHADAP HUBUNGAN ORANG TUA dan ANAK”. Penulis berharap makalah ini dapat
membantu para orang tua di dalam tugasnya sebagai pendidik dalam keluarga.
v
RUMUSAN
MASALAH
Masalah yang ada dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
- Apa itu keluarga?
- Bagaimana pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak?
- Tipe-tipe seperti apa saja yang
ada di dalam keluarga?
v
TUJUAN
Beberapa
rumusan masalah yang didapat terdapat beberapa tujuan yang dicapai yaitu
bagi :
1. Diri sendiri
Tujuan bagi diri
sendiri adalah untuk dijadikan sebagai acuan atau pembelajaran dalam memahami
pengaruh lingkungan keluarga terhadap orang tua dan anak.
2. Pembaca
Pembaca diharapkan
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun setelah membaca makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
KELUARGA
A.
PENGERTIAN KELUARGA
· Secara umum pengertian Keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
Pengertian
keluarga disini berarti nuclear family yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah tetapi bahu-membahu dalam
melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai
pendidik, dan setiap eksponen keluarga melaksanakan fungsinya masing-masing.
·
Tetapi secara arti khusus keluarga merupakan tempat pertama
anak-anak mendapat pengalaman dini yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya
dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spritual.
Seperti juga yang dikatakan oleh Malinowski (Megawangi, 1999) tentang
“principle of legitimacy”
sebagai basis keluarga, struktur sosial (masyarakat) harus ditanamkan sejak
individu dilahirkan agar seorang anak mengetahui dan memahami posisi dan
kedudukannya, dengan harapan agar mampu menyesuaikan diri dalam masyarakatkelak
setelah ia dewasa.
·
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil didalam masyarakat
tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental.
Dengan
kata lain, keluarga merupakan agen terpenting yang berfungsi meneruskan budaya melalui
proses sosialisasi antara individu dengan lingkungan. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan satu fungsi tertentu bukan yang bersifat alami saja melainkan juga
adanya berbagai faktor atau kekuatan yang ada di sekitar keluarga, seperti
nilai-nilai, norma dan tingkah laku serta faktor-faktor lain yang ada di
masyarakat.
B.
STRUKTUR
KELUARGA
1.Patrilineal
: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2.Matrilineal :
keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3.Matrilokal :
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4.Patrilokal :
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5.Keluarga kawinan :
hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
C.
CIRI-CIRI
STRUKTUR KELUARGA
1. Terorganisasi : saling berhubungan,
saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan
fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan
kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan
fungsinya masing-masing.
D.
PERANAN
KELUARGA
Peranan keluarga
menggambarkan betapa pentingnya keluarga bagi anak , Dan juga peranan keluarga
dapat menerapkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1.
Peranan ayah :
Ayah
sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasaaman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2.
Peranan ibu :
Sebagai
istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
3.
Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan
peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik
fisik, mental, sosial dan spiritual.
E. FUNGSI
KELUARGA
1.
Fungsi biologis :
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan
membesarkan anak
c.
Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan
merawat anggota keluarga
2.
Fungsi Psikologis :
a. Memberikan kasih
sayang dan rasaaman
b. Memberikan perhatian
di antara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas
keluarga
3.
Fungsi sosialisasi :
a. Membina sosialisasi
pada anak
b. Membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan
nilai-nilai budaya keluarga
4.
Fungsi ekonomi :
a. Mencari
sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan
penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang
(pendidikan, jaminan hari tua)
5.
Fungsi pendidikan :
a. Menyekolahkan anak
untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang
dewasa
c. Mendidik anak sesuai
dengan tingkat-tingkat perkembangannya
II.
LINGKUNGAN
KELUARGA
Jika kita
berbicara tentang keluarga maka akan kuat kaitannya dengan lingkungan.
Lingkungan apa? Lingkungan keluarga pastinya.
lingkungan keluarga sangatlah berperan penting atas pertumbuhan seorang anak.
lingkungan keluarga terbagi menjadi 2 faktor :
1. Faktor External
2. Faktor Internal
Kedua faktor tersebutlah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
anak.
·
Faktor external adalah faktor yang berasal dari luar
suasana keluarga. Luar suasana keluarga maksudnya adalah faktor yang
berhubungan dengan kesehatan jasmani.
Seperti :Lingkungan rumah yang sehat dan bersih
·
Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam
lingkungan keluarga. Yang dumaksud disini adalah lingkungan kelyarga yang
harmonis,sehingga menciptakan kesinambungan yang baik atau dengan kata lain
keluarga yang harmonis akan menciptakan lingkungan keluarga yang sehat penuh
dengan cinta kasih.
a)
Cinta Kasih Dalam Keluarga
Ada
beberapa pendapat mengenai pengertian cinta kasih. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminta, cinta adalah rasa sangat suka
(kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat
tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau
cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan.
Jika
disimpulkan rasa cinta kasih dalam keluarga adalah rasa sayang atau
perasaan sayang antar sesama anggota keluarga. Perasaan sayang ini meliputi
adanya rasa saling menjaga , mengingatkan , mengayomi, menghargai , dan
menghormati antar sesama anggota keluarga.
Pada umumnya dalam berkehidupan keluarga rasa cinta kasih akan tumbuh dengan
sendirinya
b) Pengaruh Lingkungan Terhadap
Perkembangan Anak
Keluarga
dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Predikat ini
mengindikasikan betapa esensialnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam
pembentukan perilaku dan kepribadian anak.
Pandangan yang sangat menghargai posisi dan
peran keluarga sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang istimewa. Pandangan
seperti ini sangatlah logis dan mudah dipahami karena beberapa alasan berikut :
1.
Keluarga lazimnya merupakan, pihak yang paling awal memberikan
banyak perlakuan kepada anak. Begitu anak lahir, lazimnya pihak keluargalah
yang langsung menyambut dan memberikan layanan interaktif kepada anak.
2.
Sebagian besar waktu anak lazimnya dihabiskan di lingkungan keluarga.
3.
Karakteristik hubungan orang tua-anak berbeda dari hubungan anak
dengan pihak-pihak lainnya (guru, teman, dan sebagainya ).
4.
Interaksi kehidupan orang tua-anak di rumah bersifat “asli”,
seadanya dan tidak dibuat-buat.
Peran keluarga lebih banyak memberikan
pengaruh dukungan, baik dari dalam penyediaan fasilitas maupun penciptaan
suasana belajar yang kondusif. Sebaliknya, dalam hal pembentukan perilaku,
sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya,
lingkungan keluarga bisa memberikan pengaruh yang sangat dominant.
Di sini
lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruh kuat dan sifatnya langsung
berkenaan dengan pengembangan aspek-aspek perilaku seperti itu, keluarga dapat
berfungsi langsung sebagai lingkungan kehidupan nyata untuk memperaktekkan
aspek-aspek perilaku tersebut.
Karena itu
tidaklah mengherankan jika Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 2/1989 menyatakan secara jelas bahwa keluarga merupakan bagian
dari jalur pendidikan luar sekolah yang memberikan keyakinan agama, nilai
budaya, nilai-nilai moral, dan keterampilan.
III.
TIPE KELUARGA
Ada 2 tipe keluarga yaitu :
1. Keluarga
Harmonis
Harmonis adalah selaras dan serasi, jadi pengertian keluarga harmonis adalah keluarga yang berjalan dengan selaras, serasi, disiplin,
tolong menolong, saling memaafkan dan saling menghargai. Kehidupan yang
harmonis akan berimbas pada rasa bahagia seluruh anggota keluarga. Jika seluruh
anggota keluarga sudah merasa bahagia, tenang dan tentram maka akan menjadikan
keluarga menjadi harmonis dan sejahtera.
·
Keluarga
harmonis hanya akan tercipta kalau kebahagiaan salah satu anggota
berkaitan dengan kebahagiaan anggota-anggota keluarga lainnya. Secara
psikologis dapat berarti dua hal:
1.
Tercapainya
keinginan-keinginan, cita-cita dan harapan-harapan dari semua anggota
keluarga.
2.
Sesedikit mungkin terjadi
konflik dalam pribadi masing-masing maupun antar pribadi
·
Sikap
Yang Dapat dilakukan untuk Mempengaruhi Keharmonisannya sebuah Keluarga
Keluarga
sejahtera merupakan tujuan utama bagi setiap orang, maka untuk menciptakannya
perlu diperhatian faktor berikut:
1.
Perhatian. Yaitu menaruh hati pada seluruh anggota keluarga sebagai dasar
utama hubungan baik antar anggota keluarga. Baik pada perkembangan keluarga
dengan memperhatikan peristiwa dalam keluarga, dan mencari sebab akibat
permasalahan, juga terhadap perubahan pada setiap anggotanya.
2.
Pengetahuan. Perlunya menambah pengetahuan tanpa henti-hentinya untuk
memperluas wawasan sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan keluarga. Sangat
perlu untuk mengetahui anggota keluarganya, yaitu setiap perubahan dalam
keluarga, dan perubahan dalam anggota keluargannya, agar kejadian yang kurang
dinginkan kelak dapat diantisipasi.
3.
Pengenalan terhadap
semua anggota keluarga. Hal ini berarti
pengenalan terhadap diri sendiri dan Pengenalan diri sendiri yang baik penting
untuk memupuk pengertian-pengertian.
4.
Mampu dengan cepat
menyorot setiap masalah yang ada dalam keluarga. Masalah akan lebih mudah diatasi, karena banyaknya latar
belakang lebih cepat terungkap dan teratasi, pengertian yang berkembang akibat
pengetahuan tadi akan mengurangi pertengkaran dalam keluarga.
5.
Sikap menerima. Langkah lanjutan dari sikap pengertian adalah sikap menerima,
yang berarti dengan segala kelemahan, kekurangan, dan kelebihannya, ia
seharusnya tetap mendapatkan tempat dalam keluarga. Sikap ini akan
menghasilakan suasana positif dan berkembangnya kehangatan yang melandasi
tumbuh suburnya potensi dan minat dari anggota kleuarga.
6.
Peningkatan usaha. Setelah menerima keluarga apa adanya maka perlu meningkatkan
usaha. Yaitu dengan mengembangkan setiap dari aspek keluarganya secara optimal,
hal ini disesuaikan dengan setiap kemampuan masing-masing, tujuannya yaitu agar
tercipta perubahan-perubahan dan menghilangkn keadaan kebosanan dan kestatisan.
7.
Penyesuaian. Maksudnya adalah harus selalu mengikuti setiap perubahan baik
dari fihak orang tua maupun anak.
·
Keluarga harmonis atau
keluarga bahagia adalah apabila dalam kehidupannya telah memperlihatkan
faktor-faktor berikut:
1.
Faktor kesejahteraan jiwa. Yaitu redahnya frekwensi pertengkaran dan
percekcokan di rumah, saling mengasihi, saling membutuhkan, saling
tolong-menolong antar sesama keluarga, kepuasan dalam pekerjaan dan pelajaran
masing-masing dan sebagainya yang merupakan indikator-indikator dari adanya
jiwa yang bahagia, sejahtera dan sehat.
2.
Faktor kesejahteraan fisik. Seringnya anggota keluarga
yang sakit, banyak pengeluaran untuk kedokter, untuk obat-obatan, dan rumah
sakit tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya kesejahteraan keluarga.
3.
Faktor perimbangan antara pengeluaran dan pendapatan keluarga. Kemampuan keluarga
dalam merencanakan hidupnya dapat menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran
dalam keluarga. Misalnya; Banyak keluarga yang kaya namun mengeluh kekurangan(Sarlito Wirawan Sarwono, Menuju Keluarga Bahagia 2, (Jakarta:
Bhatara Karya Aksara, 1982), hal 79)
Kunci utama keharmonisan
sebenarnya terletak pada kesepahaman hidup suami dan isteri. Karena kecilnya
kesepahaman dan usaha untuk saling memahami ini akan membuat keluarga menjadi
rapuh. Makin banyak perbedaan antara kedua belah fihak maka makin besar
tuntutan pengorbanan dari kedua belah fihak. Jika salah satunya tidak mau
berkorban maka pihak satunya harus banyak berkorban. Jika pengorbanan tersebut
telah malampaui batas atau kerelaannya maka keluarga tersebut terancam. Maka
pahamilah keadaan pasangan, baik kelebihan maupun kekurangan yang kecil hingga
yang terbesar untuk mengerti sebagai landasan dalam menjalani kehidupan
berkeluarga. Rencana kehidupan yang dilakukan kedua belah fihak merupakan
faktor yang sangat berpengaruh karena dengan perencanaan ini keluarga bisa
mengantisipasi hal yang akan datang dan terjadi saling membantu untuk misi
keluarga
2. Keluarga Kurang Harmonis :
Keluarga
kurang harmonis adalah keluarga yang kurang memiliki kasih sayang dan
keperdulian atas sesama anggota keluarga. Biasanya keluarga yang kurang
harmonis akan menimbulkan suatu perpecahan,seperti : perpisahannya antara suami
dan istri,adanya konflik antara orang tua dan anak dan masih banyak lagi.
Dampak dari perpecahan itu akan menimbulkan
suatu bencana pada pertumbuhan psikis pada anak, biasanya ada anak-anak yang
tumbuh normal secara psikis dan psikologis tetapi ada juga anak-anak yang
mendapat pengaruh buruk dan terbawa hingga proses pendewasaannya.
Contoh Kasus Broken Home:
Ø Pengertian Broken Home
Arti
broken home dalam bahasa
Indonesia adalah perpecahan dalam keluarga.
Broken Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih
sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi,
brutal dan susah diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental
seorang pelajar hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai
minat untuk berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam
sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka
selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka Cuma
ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Untuk
menyikapi hal semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan pengerahan yang
lebih agar mereka sadar dan mau berprestasi.
Broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga
yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan
sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan
pertengkaran dan berakhir pada perceraian.
Hal iniakan berdampak besar terhadap suasana rumah yang
tidak lagi kondusif, orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya
sehingga berdampak pada perkembangan anak khususnya anak remaja. Orang tua
adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama pada perkembangan
psikis dan emosi, orang tua adalah pembentukan karakter yang terdekat.
Jika remaja dihadapkan pada kondisi “broken home” dimana
orang tua mereka tidak lagi menjadi panutan bagi dirinya maka akan berdampak
besar pada perkembangan dirinya. Dampak psikis yang dialami oleh remaja yang
mengalami broken home, remaja menjadi lebih pendiam, pemalu, bahkan despresi
berkepanjangan.
Faktor lingkungan
tempat remaja bergaul adalah sarana lain jika orang tua sudah sibuk dengan
urusannya sendiri. Jika remaja berada di lingkungan pergaulan yang negatif,
karena keadaannya labil maka tidak menutup kemungkinan remaja akan tercebur
dalam lembah pergaulan yang tidak
baik.
Ø Penyebab Broken Home
Pada umumnya penyebab utama broken home ini
adalah kesibukkan kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti
hal ayah laki – laki bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Hal inilah yang
menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktifitas
sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang
sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi,
membuat anak mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul dengan teman –
teman nya yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh bagi
perkembangan mental anak. Maka dari itu mereka berusaha untuk mendapatkan
perhatian dari orang lain. Tetapi sayang, sebagian dari mereka melakukan cara
yang salah misalnya : mencari perhatian guru dengan bertindak
brutal di dalam kelas, bertindak aneh agar mendapat perhatian orang lain, dll.
Penyebab timbulnya keluarga yang
broken home antara lain:
a. Orang tua yang bercerai
Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami
istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan
yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menompang keutuhan
kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri antara
suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau salah satu
membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali.
Hubungan itu menunjukan situasi keterasingan dan keterpisahan yang makin
melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri. jadi ada pergeseran arti dan
fungsi sehingga masing-masing merasa serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang
intim lagi.
b. Kebudayaan bisu dalam keluarga
Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan
dialog antar anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu
tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh
tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu
terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang
perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan
komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa
anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi
dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal
yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan
masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja.
Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan
itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat
penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa
kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri
sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya
anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian
orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh
kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal
dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda
mati.
c. Perang dingin dalam keluarga
Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada
kebudayaan bisu. Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog
juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak.
Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan
pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan
kehendaknya sendiri.
d. Adanya Masalah Ekonomi
Adanya Masalah Ekonomi Dalam suatu keluarga mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal
diluar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas,
hanya dapat memberikan makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya
terjangkau. Karena suami tidak sanggup memenuhi tuntutan istri dan anak-anaknya
akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka timbullah pertengkaran
suami-istri yang sering menjurus kearah perceraian.
e. Adanya Masalah Pendidikan
Adanya Masalah Pendidikan Masalah pendidikan sering menjadi
penyebab terjadinya brokenhome. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri
maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya
pada suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami
lika-liku keluarga. Karena itu sering salah menyalahkan bila terjadi persoalan
dikeluarga.
Akibatnya
selalu terjadi pertengkaran yang mungkin akan menimbulkan perceraian. Jika
pendidikan agama ada atau lumayan mungkin sekali kelemahan dibanding pendidikan
akan diatasi. Artinya suami istri akan dapat mengekang nafsu masing-masing
sehingga pertengkaran dapat dihindari.
Ø Dampak Broken Home Pada Perkembangan
Remaja
Perkembangan Emosi Emosi Merupakan situasi psikologi yang
merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh.
Perceraian adalah suatu hal yang harus dihindari, agar emosi anak tidak menjadi
terganggu. Perceraian adalah suatu penderitaan atau pengalaman tramatis bagi
anak. Adapun dampak pandangan keluarga broken home terhadap perkembangan emosi
remaja. Perceraian orang tua membuat tempramen anak terpengaruh, pengaruh yang
tampak secara jelas dalam perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung,
pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua / orang lain.
Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi.
Peristiwa perceraianØ
itu menimbulkan ketidakstabilan emosi. KetidakberartianØ pada diri remaja akan mudah timbul,
sehingga dalam menjalani kehidupan remaja merasa bahwa dirinya adalah pihak
yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini. Ø Remaja yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua,
emosi marahnya akan mudah terpancing.
Perkembangan Sosial Remaja Tingkah laku sosial kelompok yang
memungkinkan seseorang berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat.
Dampak keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja adalah: Ø Perceraian orang tua menyebabkan
ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan dan kedudukannya, dia merasa rendah
diri menjadi takut untuk keluar dan bergaul dengan teman- teman. Anak sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan.Ø Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cenderung sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan, kesulitan itu datang secara alamiah dari
diri anak tersebut. Dampak bagiØ
remaja putri yang tidak mempunyai ayah berperilaku dengan salah satu cara yang
ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder
kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.
Ø Cara Mengatasi Kelurga Yang Broken
Home
Ada beberapa cara ampuh untuk mengatasi itu. Hadapi semuanya
dengan sikap positif. Tidaklah semua yang terjadi itu merupakan hal buruk
meskipun itu sesuatu yang berdampak negatif ke kita. Kita harus mencoba
menerima keadaan dan berusaha tegar. Hal ini akan membantu kita mengatasi
masalah tersebut.
1.
Berpikir positif
Peristiwa yang kita alami kita lihat dari sisi positifnya.
Karena di balik semua masalah pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Jadikan
itu semua sebagai proses pembelajaran bagi kita sebagai remaja menuju tahap kedewasaan.
Jauhkan segala pikiran buruk yang bisa menjerumuskan kita ke jurang kehancuran,
seperti memakai narkoba, minum-minuman keras, malah sampai mencoba untuk bunuh
diri.
2.
Jangan terjebak dengan situasi dan
kondisi
Yang jelas, kita enggak boleh terjebak dengan situasi dan
menghakimi orangtua atau diri sendiri atas apa yang terjadi serta marah dengan
keadaan ini. Alangkah baiknya apabila kita bisa memulai untuk menerima itu
semua dan mencoba menjadi lebih baik. Keterpurukan bukanlah jalan keluar.
Sebaiknya sih kita bisa tegar dan mencoba bangkit untuk menghadapi cobaan ini.
Tetap berusaha itu kuncinya.
3.
Mencoba hal-hal baru
Tidak ada salahnya kita mencoba sesuatu yang baru, asal
bersifat positif dan dapat membentuk karakter positif di dalam diri kita.
Contohnya, mencoba hobi baru, seperti olahraga ekstrem (hiking, rafting,
skating atau olahraga alam) yang dapat membuat kita bisa lebih fresh (segar)
dan melupakan hal-hal yang buruk.
4.
Cari tempat untuk berbagi
Kita tak sendirian, karena manusia adalah makhluk sosial
yang hidup berdampingan dengan orang lain. Mencari tempat yang tepat untuk
berbagi adalah solusi yang cukup baik buat kita, contohnya teman, sahabat,
pacar, atau mungkin juga saudara. Ya… usahakan tempat kita berbagi itu adalah
orang yang dapat dipercaya dan kita bisa enjoy berkeluh kesah dengan dia.
5.
Tidak perlu panik
Kita tak bisa mengelak apabila itu terjadi pada keluarga
kita walaupun kita tidak menginginkannya. Enggak perlu panik ataupun sampai depresi
menghadapinya. Walaupun berat, kita juga musti bisa menerimanya dengan bijak.
Karena siapa sih yang mau hidup di tengah keluarga yang broken home? Pasti
semua anak enggak akan mau mengalaminya.
Ø Solusi Meminimalisir Dampak Negatif
Terhadap Remaja Broken Home
Tentunya sangat banyak faktor
penyebab remaja terjerumus ke dalam hal - hal negatif dalam masa peralihannya.
Namun, salah satu penyebab utama mengapa remaja seperti itu adalah kurangnya
perhatian dan kasih saying orang tua. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh terlalu
sibuknya kedua orang tua mereka dengan pekerjaan, sehingga perhatian dan kasih
sayang kepada anaknya hanya diekspresikan dalam bentuk materi saja.
Padahal materi tidak dapat mengganti
dahaga mereka akan kasih sayang dan perhatian orang tua. Pada dasarnya setiap
orang menginginkan pengakuan, perhatian, pujian, dan kasih sayang dari
lingkungannya, khususnya dari orang tua atau keluarganya, karena secara alamiah
orang tua dan keluarga memiliki ikatan emosi yang sangat kuat. Pada saat
pengakuan, perhatian, dan kasih sayang tersebut tidak mereka dapatkan di rumah,
maka mereka akan mencarinya di tempat lain.
Salah satu tempat yang paling mudah
mereka temukan untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah di lingkungan teman
sebayanya. Sayangnya, kegiatan-kegiatan negatif kerap menjadi pilihan anak-anak
broken home tersebut sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan eksistensy. Benarkah
seluruh fenomena itu sekadar persoalan psikologis, ataukah justru lebih
bercorak sosiologis? Apabila problem tersebut dilihat dari perspektif
psikologistis, maka penilaian yang muncul adalah kaum remaja tersebut sedang
melampiaskan hasrat tersembunyinya.
Dalam bahasa psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939), kaum
remaja itu lebih mengikuti kekuatan id (dorongan-dorongan agresif) ketimbang
superego (hati nurani). Keberadaan ego (keakuan) mereka gagal untuk memediasi
agresivitas menjadi aktivitas sosial yang dapat diterima dengan baik dalam
kehidupan sosial (sublimasi). Namun, pendekatan psikologis itu sekadar mampu
mengungkap persoalan dalam lingkup individual.
Itu
berarti nilai-nilai etis yang berdimensi social cenderung untuk dihilangkan.
Agar para remaja yang sedang mencari jati diri tidak semakin terjerumus,
tentunya diperlukan peranan orang tua.
Selain itu, dibutuhkan
pengawasan ketat dari pihak sekolah dan itu menjadi kunci keberhasilan
pencegahan kenakalan remaja baik sebagai akibat broken home maupun akibat hal
lainnya. Peran orang tua di rumah dan peran sekolah menjadi kunci keberhasilan
pencegahan moral remaja akibat pengaruh pergaulan bebas. Kasih sayang dan
perhatian orang tua adalah langkah pertama. Dalam kondisi dan situasi apapun,
orang tua harus selalu mendampingi anak-anaknya. Pasalnya, sudah banyak korban
dari pergaulan bebas adalah anak yang broken home, mereka mencari pelarian
auntuk menghindar dari kenyataan yang dihadapi.
BAB III
PENUTUP
v KESIMPULAN
Keluarga merupakan unit terkecil yang menjadi tempat pertama
anak mendapatkan pembelajaran untuk bekal kehidupannya. Keluarga adalah tempat
penyaluran terbentuknya sifat dan sikap anak yang sesungguhnya. Anak yang
bertumbuh dan berkembang biasanya mengikuti dari lingkungan kehidupan dimana ia
tinggal. Untuk terwujudnya keluarga yang harmonis lingkungan keluarga yang
sehatlah yang menjadi faktor utama. Sehat baik secara jasmani maupun
rohani(psikis). Jika semua sehat maka hubungan antara orang tua dan anak akan
terjalin dengan harmonis dan sehat serta dapat terjalin komunikasi yang baik
antar anggota keluarga.
v SARAN
Orang tua adalah tempat anak mencontoh atau dengan kata lain
panutan bagi anak. orang tua harus menunjukan sikap yang baik untuk
dicontoh dengan menunjukan kasih sayang,keperdulian dan perhatian yang besar
agar anak tak merasa kesepian. Sebagai orang tua mencari nafkah dan memberi
kebahagiaan ekonomi untuk anak memanglah penting tetapi penting juga peran
untuk selalu memantau setiap titik pertumbuhan anak. orang tua harus dapat
menanamkan suasana keharmonisan dalam rumah dan menanamkan sisi religious sejak
dini dan orang tua juga harus membiasakan untuk melakukan dialog terbuka antara
anak tanpa adanya rahasia yang perlu ditutupi. Dengan begitu pertengkaran dalam
keluarga akan terminimalisirkan dan bahkan tak akan timbul.
DAFTAR
PUSTAKA