Jumat, 14 Oktober 2016

Pengaruh lingkungan keluarga terhadap hubungan orang tua dan anak (Tugas Kelompok Ilmu Budaya Dasar)


Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kita curahkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, manusia  istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, dan seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Kami merancang makalah ini dengan bentuk sesederhana mungkin untuk dapat di mengerti oleh para pembaca makalah ini, dan dapat diserapi akan ilmu pengetahuan yang tersirat di dalam makalah ini yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Hubungan Orang Tua dan Anak”.
Selama pembuatan dan penyusunan makalah ini, kami juga mendapat dukungan penuh dan bantuan dari beberapa pihak :
1.     Allah SWT yang tanpanya kami tidak bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
2.     Kedua Orang Tua kami yang telah memberi dukungan dan izin serta doa yang telah mereka berikan demi selesainya tugas kami.
3.     Dosen kami, Bapak Normanshah Banowo selaku dosen Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan pengarahan dan waktu demi mengembangkan kemampuan belajar kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan butuh pengembangan lebih lanjut, kami mohon maaf jika banyak kesalahan di dalam makalah kami ini.

  
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………….……………......... i
DAFTAR ISI.……………………………………………………………………....…ii

BAB I PENDAHULUAN…….……………………………………….……………….1
A.  Latar belakang ….…………………………………………….………………..1
B.  Rumusan masalah ....……………………………..………….………………….2
C.  Tujuan …………....……………………………….…………………………...2
BAB II PEMBAHASAN…..…………...………………….……………………....…..3
A.  Pengertian Keluarga……..........…………………...…………………........3
B.  Faktor Lingkungan Keluarga...…………...…………....………..................7
C.  Tipe-Tipe Keluarga......................………………………...……………….....9
BAB III  PENUTUP……………………………………………………………......19         
Kesimpulan dan saran…………………………………………….…………............19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………............20



BAB I
PENDAHULUAN

v Latar Belakang

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan sukarela dan cinta yang asasi antara dua subyek manusia (suami-istri). Berdasarkan asas cinta kasih yang asasi ini lahirlah anak sebagai generasi penerus.
 Sebagai lembaga terkecil dalam masyarkat, keluarga memegang peranan yang sangat luas dalam membina kehidupan dan kepribadian sosial anak. Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa keluarga adalah tahap pertama lembaga-lembaga penting sosial dan dalam tingkat yang sangat tinggi; ia berkaitan erat dengan peradaban, transformasi warisan, dan pertumbuhan serta perkembangan umat manusia. Secara keseluruhan, semua tradisi, keyakinan sopan santun, sifat-sifat individu dan sosial, ditransfer lewat keluarga kepada generasi-generasi berikutnya.
Dari latar belakang masalah tersebut dapat kita pahami bahwa, lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian anak. Oleh karena itu, penulis memilih judul, “PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ORANG TUA dan ANAK”. Penulis berharap makalah ini dapat membantu para orang tua di dalam tugasnya sebagai pendidik dalam keluarga.
v RUMUSAN MASALAH
Masalah yang ada dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Apa itu keluarga?
  2. Bagaimana pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak?
  3. Tipe-tipe seperti apa saja yang ada di dalam keluarga?

v TUJUAN
Beberapa rumusan  masalah yang didapat terdapat beberapa tujuan yang dicapai yaitu bagi :
1.      Diri sendiri
Tujuan bagi diri sendiri adalah untuk dijadikan sebagai acuan atau pembelajaran dalam memahami pengaruh lingkungan keluarga terhadap orang tua dan anak.
2.      Pembaca
Pembaca diharapkan dapat memberikan kritik dan saran yang membangun setelah membaca makalah ini.
   
BAB II
PEMBAHASAN
         
                                  I.            KELUARGA
           A.   PENGERTIAN KELUARGA

·        Secara umum pengertian Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa  orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
Pengertian keluarga disini berarti nuclear family yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah tetapi bahu-membahu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik, dan setiap eksponen keluarga melaksanakan fungsinya masing-masing.

·         Tetapi secara arti khusus keluarga merupakan tempat pertama anak-anak mendapat pengalaman dini yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spritual. Seperti juga yang dikatakan oleh Malinowski (Megawangi, 1999) tentang principle of legitimacy sebagai basis keluarga, struktur sosial (masyarakat) harus ditanamkan sejak individu dilahirkan agar seorang anak mengetahui dan memahami posisi dan kedudukannya, dengan harapan agar mampu menyesuaikan diri dalam masyarakatkelak setelah ia dewasa.


·         Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil didalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental.
            Dengan kata lain, keluarga merupakan agen terpenting yang berfungsi meneruskan budaya melalui proses sosialisasi antara individu dengan lingkungan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan satu fungsi tertentu bukan yang bersifat alami saja melainkan juga adanya berbagai faktor atau kekuatan yang ada di sekitar keluarga, seperti nilai-nilai, norma dan tingkah laku serta faktor-faktor lain yang ada di masyarakat.

         B.   STRUKTUR KELUARGA

1.Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2.Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3.Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4.Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5.Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

         C.   CIRI-CIRI STRUKTUR KELUARGA

1. Terorganisasi                      : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan                : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
  
          D.   PERANAN KELUARGA

            Peranan keluarga menggambarkan betapa pentingnya keluarga bagi anak , Dan juga peranan keluarga dapat menerapkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasaaman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

        E.   FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi biologis :
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologis :
a. Memberikan kasih sayang dan rasaaman
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi :
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi ekonomi :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)

5. Fungsi pendidikan :
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

              II.            LINGKUNGAN KELUARGA

            Jika kita berbicara tentang keluarga maka akan kuat kaitannya dengan lingkungan. Lingkungan apa? Lingkungan keluarga pastinya.
lingkungan keluarga sangatlah berperan penting atas pertumbuhan seorang anak. lingkungan keluarga terbagi menjadi 2 faktor :
1.      Faktor External
2.      Faktor Internal
Kedua faktor tersebutlah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.
·         Faktor external adalah faktor yang berasal dari luar suasana keluarga. Luar suasana keluarga maksudnya adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
Seperti
:Lingkungan rumah yang sehat dan bersih
·         Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam lingkungan keluarga. Yang dumaksud disini adalah lingkungan kelyarga yang harmonis,sehingga menciptakan kesinambungan yang baik atau dengan kata lain keluarga yang harmonis akan menciptakan lingkungan keluarga yang sehat penuh dengan cinta kasih.

             a)      Cinta Kasih Dalam Keluarga
            Ada beberapa pendapat mengenai pengertian cinta kasih. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan.
            Jika disimpulkan rasa cinta kasih dalam keluarga adalah rasa sayang atau perasaan sayang antar sesama anggota keluarga. Perasaan sayang ini meliputi adanya rasa saling menjaga , mengingatkan , mengayomi, menghargai , dan menghormati antar sesama anggota keluarga.
Pada umumnya dalam berkehidupan keluarga rasa cinta kasih akan tumbuh dengan sendirinya


             b)      Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Anak
            Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Predikat ini mengindikasikan betapa esensialnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam pembentukan perilaku dan kepribadian anak.
Pandangan yang sangat menghargai posisi dan peran keluarga sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang istimewa. Pandangan seperti ini sangatlah logis dan mudah dipahami karena beberapa alasan berikut :
1.      Keluarga lazimnya merupakan, pihak yang paling awal memberikan banyak perlakuan kepada anak. Begitu anak lahir, lazimnya pihak keluargalah yang langsung menyambut dan memberikan layanan interaktif kepada anak.
2.      Sebagian besar waktu anak lazimnya dihabiskan di lingkungan keluarga.
3.      Karakteristik hubungan orang tua-anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya (guru, teman, dan sebagainya ).
4.      Interaksi kehidupan orang tua-anak di rumah bersifat “asli”, seadanya dan tidak dibuat-buat.
                                                                                                            
Peran keluarga lebih banyak memberikan pengaruh dukungan, baik dari dalam penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif. Sebaliknya, dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya, lingkungan keluarga bisa memberikan pengaruh yang sangat dominant.
            Di sini lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruh kuat dan sifatnya langsung berkenaan dengan pengembangan aspek-aspek perilaku seperti itu, keluarga dapat berfungsi langsung sebagai lingkungan kehidupan nyata untuk memperaktekkan aspek-aspek perilaku tersebut.
            Karena itu tidaklah mengherankan jika Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2/1989 menyatakan secara jelas bahwa keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai-nilai moral, dan keterampilan.

            III.            TIPE KELUARGA

Ada 2 tipe keluarga yaitu :
1.       Keluarga Harmonis

Harmonis adalah selaras dan serasi, jadi pengertian keluarga harmonis adalah keluarga yang berjalan dengan selaras, serasi, disiplin, tolong menolong, saling memaafkan dan saling menghargai. Kehidupan yang harmonis akan berimbas pada rasa bahagia seluruh anggota keluarga. Jika seluruh anggota keluarga sudah merasa bahagia, tenang dan tentram maka akan menjadikan keluarga menjadi harmonis dan sejahtera.
·         Keluarga harmonis hanya akan tercipta kalau kebahagiaan salah satu anggota berkaitan dengan kebahagiaan anggota-anggota keluarga lainnya. Secara psikologis dapat berarti dua hal: 
1.                  Tercapainya keinginan-keinginan, cita-cita dan harapan-harapan dari semua anggota keluarga. 
2.                  Sesedikit mungkin terjadi konflik dalam pribadi masing-masing maupun antar pribadi

·         Sikap Yang Dapat dilakukan untuk Mempengaruhi Keharmonisannya sebuah Keluarga
Keluarga sejahtera merupakan tujuan utama bagi setiap orang, maka untuk menciptakannya perlu diperhatian faktor berikut:
1.                  Perhatian. Yaitu menaruh hati pada seluruh anggota keluarga sebagai dasar utama hubungan baik antar anggota keluarga. Baik pada perkembangan keluarga dengan memperhatikan peristiwa dalam keluarga, dan mencari sebab akibat permasalahan, juga terhadap perubahan pada setiap anggotanya.
2.                  Pengetahuan. Perlunya menambah pengetahuan tanpa henti-hentinya untuk memperluas wawasan sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan keluarga. Sangat perlu untuk mengetahui anggota keluarganya, yaitu setiap perubahan dalam keluarga, dan perubahan dalam anggota keluargannya, agar kejadian yang kurang dinginkan kelak dapat diantisipasi.
3.                  Pengenalan terhadap semua anggota keluarga. Hal ini berarti pengenalan terhadap diri sendiri dan Pengenalan diri sendiri yang baik penting untuk memupuk pengertian-pengertian.
4.                  Mampu dengan cepat menyorot setiap masalah yang ada dalam keluarga. Masalah akan lebih mudah diatasi, karena banyaknya latar belakang lebih cepat terungkap dan teratasi, pengertian yang berkembang akibat pengetahuan tadi akan mengurangi pertengkaran dalam keluarga.
5.                  Sikap menerima. Langkah lanjutan dari sikap pengertian adalah sikap menerima, yang berarti dengan segala kelemahan, kekurangan, dan kelebihannya, ia seharusnya tetap mendapatkan tempat dalam keluarga. Sikap ini akan menghasilakan suasana positif dan berkembangnya kehangatan yang melandasi tumbuh suburnya potensi dan minat dari anggota kleuarga.
6.                  Peningkatan usaha. Setelah menerima keluarga apa adanya maka perlu meningkatkan usaha. Yaitu dengan mengembangkan setiap dari aspek keluarganya secara optimal, hal ini disesuaikan dengan setiap kemampuan masing-masing, tujuannya yaitu agar tercipta perubahan-perubahan dan menghilangkn keadaan kebosanan dan kestatisan.
7.                  Penyesuaian. Maksudnya adalah harus selalu mengikuti setiap perubahan baik dari fihak orang tua maupun anak.
                  
·         Keluarga harmonis atau keluarga bahagia adalah apabila dalam kehidupannya telah memperlihatkan faktor-faktor berikut: 

1.                  Faktor kesejahteraan jiwa. Yaitu redahnya frekwensi pertengkaran dan percekcokan di rumah, saling mengasihi, saling membutuhkan, saling tolong-menolong antar sesama keluarga, kepuasan dalam pekerjaan dan pelajaran masing-masing dan sebagainya yang merupakan indikator-indikator dari adanya jiwa yang bahagia, sejahtera dan sehat.
2.                  Faktor kesejahteraan fisik. Seringnya anggota keluarga yang sakit, banyak pengeluaran untuk kedokter, untuk obat-obatan, dan rumah sakit tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya kesejahteraan keluarga.
3.                  Faktor perimbangan antara pengeluaran dan pendapatan keluarga. Kemampuan keluarga dalam merencanakan hidupnya dapat menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran dalam keluarga. Misalnya; Banyak keluarga yang kaya namun mengeluh kekurangan(Sarlito Wirawan Sarwono, Menuju Keluarga Bahagia 2, (Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1982), hal 79)

            Kunci utama keharmonisan sebenarnya terletak pada kesepahaman hidup suami dan isteri. Karena kecilnya kesepahaman dan usaha untuk saling memahami ini akan membuat keluarga menjadi rapuh. Makin banyak perbedaan antara kedua belah fihak maka makin besar tuntutan pengorbanan dari kedua belah fihak. Jika salah satunya tidak mau berkorban maka pihak satunya harus banyak berkorban. Jika pengorbanan tersebut telah malampaui batas atau kerelaannya maka keluarga tersebut terancam. Maka pahamilah keadaan pasangan, baik kelebihan maupun kekurangan yang kecil hingga yang terbesar untuk mengerti sebagai landasan dalam menjalani kehidupan berkeluarga. Rencana kehidupan yang dilakukan kedua belah fihak merupakan faktor yang sangat berpengaruh karena dengan perencanaan ini keluarga bisa mengantisipasi hal yang akan datang dan terjadi saling membantu untuk misi keluarga

2.       Keluarga Kurang Harmonis :
            Keluarga kurang harmonis adalah keluarga yang kurang memiliki kasih sayang dan keperdulian atas sesama anggota keluarga. Biasanya keluarga yang kurang harmonis akan menimbulkan suatu perpecahan,seperti : perpisahannya antara suami dan istri,adanya konflik antara orang tua dan anak dan masih banyak lagi.

 Dampak dari perpecahan itu akan menimbulkan suatu bencana pada pertumbuhan psikis pada anak, biasanya ada anak-anak yang tumbuh normal secara psikis dan psikologis tetapi ada juga anak-anak yang mendapat pengaruh buruk dan terbawa hingga proses pendewasaannya.


Contoh Kasus Broken Home:
  Ø  Pengertian Broken Home

Arti broken home dalam bahasa Indonesia adalah perpecahan dalam keluarga.
Broken Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka Cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Untuk menyikapi hal semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan pengerahan yang lebih agar mereka sadar dan mau berprestasi.
Broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian.
Hal iniakan berdampak besar terhadap suasana rumah yang tidak lagi kondusif, orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya sehingga berdampak pada perkembangan anak khususnya anak remaja. Orang tua adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama pada perkembangan psikis dan emosi, orang tua adalah pembentukan karakter yang terdekat.
Jika remaja dihadapkan pada kondisi “broken home” dimana orang tua mereka tidak lagi menjadi panutan bagi dirinya maka akan berdampak besar pada perkembangan dirinya. Dampak psikis yang dialami oleh remaja yang mengalami broken home, remaja menjadi lebih pendiam, pemalu, bahkan despresi berkepanjangan.
 Faktor lingkungan tempat remaja bergaul adalah sarana lain jika orang tua sudah sibuk dengan urusannya sendiri. Jika remaja berada di lingkungan pergaulan yang negatif, karena keadaannya labil maka tidak menutup kemungkinan remaja akan tercebur dalam lembah pergaulan yang tidak baik.           


  Ø Penyebab Broken Home

            Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Hal inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktifitas sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul dengan teman – teman nya yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak.  Maka dari itu mereka berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Tetapi sayang, sebagian dari mereka melakukan cara yang salah misalnya : mencari perhatian guru dengan bertindak brutal di dalam kelas, bertindak aneh agar mendapat perhatian orang lain, dll.

Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:
a. Orang tua yang bercerai
Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan situasi keterasingan dan keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri. jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi.

b. Kebudayaan bisu dalam keluarga
Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja.
Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.

c. Perang dingin dalam keluarga
Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri.

d. Adanya Masalah Ekonomi
Adanya Masalah Ekonomi Dalam suatu keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal diluar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberikan makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau. Karena suami tidak sanggup memenuhi tuntutan istri dan anak-anaknya akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka timbullah pertengkaran suami-istri yang sering menjurus kearah perceraian.

e. Adanya Masalah Pendidikan
Adanya Masalah Pendidikan Masalah pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya brokenhome. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami lika-liku keluarga. Karena itu sering salah menyalahkan bila terjadi persoalan dikeluarga.
Akibatnya selalu terjadi pertengkaran yang mungkin akan menimbulkan perceraian. Jika pendidikan agama ada atau lumayan mungkin sekali kelemahan dibanding pendidikan akan diatasi. Artinya suami istri akan dapat mengekang nafsu masing-masing sehingga pertengkaran dapat dihindari.

  Ø Dampak Broken Home Pada Perkembangan Remaja

Perkembangan Emosi Emosi Merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Perceraian adalah suatu hal yang harus dihindari, agar emosi anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah suatu penderitaan atau pengalaman tramatis bagi anak. Adapun dampak pandangan keluarga broken home terhadap perkembangan emosi remaja. Perceraian orang tua membuat tempramen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua / orang lain. Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi. Peristiwa perceraianØ itu menimbulkan ketidakstabilan emosi. KetidakberartianØ pada diri remaja akan mudah timbul, sehingga dalam menjalani kehidupan remaja merasa bahwa dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini. Ø Remaja yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua, emosi marahnya akan mudah terpancing.
Perkembangan Sosial Remaja Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan seseorang berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat. Dampak keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja adalah: Ø Perceraian orang tua menyebabkan ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan dan kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi takut untuk keluar dan bergaul dengan teman- teman. Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan.Ø Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cenderung sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan, kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut. Dampak bagiØ remaja putri yang tidak mempunyai ayah berperilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.




  Ø Cara Mengatasi Kelurga Yang Broken Home
Ada beberapa cara ampuh untuk mengatasi itu. Hadapi semuanya dengan sikap positif. Tidaklah semua yang terjadi itu merupakan hal buruk meskipun itu sesuatu yang berdampak negatif ke kita. Kita harus mencoba menerima keadaan dan berusaha tegar. Hal ini akan membantu kita mengatasi masalah tersebut.

             1.         Berpikir positif
Peristiwa yang kita alami kita lihat dari sisi positifnya. Karena di balik semua masalah pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Jadikan itu semua sebagai proses pembelajaran bagi kita sebagai remaja menuju tahap kedewasaan. Jauhkan segala pikiran buruk yang bisa menjerumuskan kita ke jurang kehancuran, seperti memakai narkoba, minum-minuman keras, malah sampai mencoba untuk bunuh diri.

              2.         Jangan terjebak dengan situasi dan kondisi
Yang jelas, kita enggak boleh terjebak dengan situasi dan menghakimi orangtua atau diri sendiri atas apa yang terjadi serta marah dengan keadaan ini. Alangkah baiknya apabila kita bisa memulai untuk menerima itu semua dan mencoba menjadi lebih baik. Keterpurukan bukanlah jalan keluar. Sebaiknya sih kita bisa tegar dan mencoba bangkit untuk menghadapi cobaan ini. Tetap berusaha itu kuncinya.

              3.         Mencoba hal-hal baru
Tidak ada salahnya kita mencoba sesuatu yang baru, asal bersifat positif dan dapat membentuk karakter positif di dalam diri kita. Contohnya, mencoba hobi baru, seperti olahraga ekstrem (hiking, rafting, skating atau olahraga alam) yang dapat membuat kita bisa lebih fresh (segar) dan melupakan hal-hal yang buruk.

             4.         Cari tempat untuk berbagi
Kita tak sendirian, karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain. Mencari tempat yang tepat untuk berbagi adalah solusi yang cukup baik buat kita, contohnya teman, sahabat, pacar, atau mungkin juga saudara. Ya… usahakan tempat kita berbagi itu adalah orang yang dapat dipercaya dan kita bisa enjoy berkeluh kesah dengan dia.

             5.         Tidak perlu panik
Kita tak bisa mengelak apabila itu terjadi pada keluarga kita walaupun kita tidak menginginkannya. Enggak perlu panik ataupun sampai depresi menghadapinya. Walaupun berat, kita juga musti bisa menerimanya dengan bijak. Karena siapa sih yang mau hidup di tengah keluarga yang broken home? Pasti semua anak enggak akan mau mengalaminya.

  Ø Solusi Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken Home

            Tentunya sangat banyak faktor penyebab remaja terjerumus ke dalam hal - hal negatif dalam masa peralihannya. Namun, salah satu penyebab utama mengapa remaja seperti itu adalah kurangnya perhatian dan kasih saying orang tua. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh terlalu sibuknya kedua orang tua mereka dengan pekerjaan, sehingga perhatian dan kasih sayang kepada anaknya hanya diekspresikan dalam bentuk materi saja.
            Padahal materi tidak dapat mengganti dahaga mereka akan kasih sayang dan perhatian orang tua. Pada dasarnya setiap orang menginginkan pengakuan, perhatian, pujian, dan kasih sayang dari lingkungannya, khususnya dari orang tua atau keluarganya, karena secara alamiah orang tua dan keluarga memiliki ikatan emosi yang sangat kuat. Pada saat pengakuan, perhatian, dan kasih sayang tersebut tidak mereka dapatkan di rumah, maka mereka akan mencarinya di tempat lain.
            Salah satu tempat yang paling mudah mereka temukan untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah di lingkungan teman sebayanya. Sayangnya, kegiatan-kegiatan negatif kerap menjadi pilihan anak-anak broken home tersebut sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan eksistensy. Benarkah seluruh fenomena itu sekadar persoalan psikologis, ataukah justru lebih bercorak sosiologis? Apabila problem tersebut dilihat dari perspektif psikologistis, maka penilaian yang muncul adalah kaum remaja tersebut sedang melampiaskan hasrat tersembunyinya.
Dalam bahasa psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939), kaum remaja itu lebih mengikuti kekuatan id (dorongan-dorongan agresif) ketimbang superego (hati nurani). Keberadaan ego (keakuan) mereka gagal untuk memediasi agresivitas menjadi aktivitas sosial yang dapat diterima dengan baik dalam kehidupan sosial (sublimasi). Namun, pendekatan psikologis itu sekadar mampu mengungkap persoalan dalam lingkup individual.
Itu berarti nilai-nilai etis yang berdimensi social cenderung untuk dihilangkan. Agar para remaja yang sedang mencari jati diri tidak semakin terjerumus, tentunya diperlukan peranan orang tua.
Selain itu, dibutuhkan pengawasan ketat dari pihak sekolah dan itu menjadi kunci keberhasilan pencegahan kenakalan remaja baik sebagai akibat broken home maupun akibat hal lainnya. Peran orang tua di rumah dan peran sekolah menjadi kunci keberhasilan pencegahan moral remaja akibat pengaruh pergaulan bebas. Kasih sayang dan perhatian orang tua adalah langkah pertama. Dalam kondisi dan situasi apapun, orang tua harus selalu mendampingi anak-anaknya. Pasalnya, sudah banyak korban dari pergaulan bebas adalah anak yang broken home, mereka mencari pelarian auntuk menghindar dari kenyataan yang dihadapi.


BAB III
PENUTUP

  v  KESIMPULAN

Keluarga merupakan unit terkecil yang menjadi tempat pertama anak mendapatkan pembelajaran untuk bekal kehidupannya. Keluarga adalah tempat penyaluran terbentuknya sifat dan sikap anak yang sesungguhnya. Anak yang bertumbuh dan berkembang biasanya mengikuti dari lingkungan kehidupan dimana ia tinggal. Untuk terwujudnya keluarga yang harmonis lingkungan keluarga yang sehatlah yang menjadi faktor utama. Sehat baik secara jasmani maupun rohani(psikis). Jika semua sehat maka hubungan antara orang tua dan anak akan terjalin dengan harmonis dan sehat serta dapat terjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga.


 v SARAN    

Orang tua adalah tempat anak mencontoh atau dengan kata lain panutan bagi anak. orang tua harus menunjukan sikap yang baik untuk dicontoh dengan menunjukan kasih sayang,keperdulian dan perhatian yang besar agar anak tak merasa kesepian. Sebagai orang tua mencari nafkah dan memberi kebahagiaan ekonomi untuk anak memanglah penting tetapi penting juga peran untuk selalu memantau setiap titik pertumbuhan anak. orang tua harus dapat menanamkan suasana keharmonisan dalam rumah dan menanamkan sisi religious sejak dini dan orang tua juga harus membiasakan untuk melakukan dialog terbuka antara anak tanpa adanya rahasia yang perlu ditutupi. Dengan begitu pertengkaran dalam keluarga akan terminimalisirkan dan bahkan tak akan timbul.



                     DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar